Selasa, 03 Juni 2014

PENGARUH IKLIM TERHADAP KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
 Perubahan iklim sudah terjadi dan akan terus berlangsung walaupun andaikata penduduk bumi mampu menghentikan laju peningkatan emisi gas rumah kaca pada saat ini. Kenyataan menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca, khususnya akibat pembakaran batu bara, minyak dan gas, terus meningkat dari waktu ke waktu. Namun upaya untuk mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim tidak memadai. Oleh karena itu dibutuhkan strategi, kebijakan dan  program-program yang bertujuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, sehingga manusia tidak dirugikan bahkan mampu memanfaatkannya untuk kesehatan dan kesehteraan masyarakat.
WHO (2009) menegaskan bahwa perubahan iklim akan menganggu berbagai aspek penting yang mendukung kesehatan manusia, antara lain meliputi udara dan air yang bersih, pasokan makanan yang mencukupi, tempat tinggal yang aman dan bebas dari penyakit. Oleh karenanya, perubahan iklim tidak bisa hanya dianggap sebagai masalah lingkungan atau pembangunan semata-mata. Kesehatan dan well-being seluruh populasi manusia akan semakin terancam. Pemahaman yang lebih mendalam atas implikasi perubahan iklim dan alternatif solusi yang dapat mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mutlak diperlukan. Aspek kesehatan bahkan menjadi agenda utama adaptasi terhadap perubahan iklim. Pemikiran beragam profesi kesehatan sangat menentukan pilihan adaptasi yang efektif, efisien dan layak untuk diimplementasikan.
Ketika perubahan iklim datang, maka kesehatan manusia akan berada dalam ketidakpastian waktu. Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu dengan kuantitas dan kualitas dampak yang juga tidak dapat dipastikan.
Frekuensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat. Penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. ”Pemanasan global” juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim?
2.      Dampak apa saja yang bisa ditimbulkan apabila terjadi perubahan iklim tersebut terhadap kesehatan?
3.      Bagaimana cara mengubah efek negatif dari perubahan iklim?
4.      Cara apa yang bisa membuat perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan?
5.      Fakta apa saja yang sudah terjadi tentang hubungan perubahan iklim terhadap kesehatan?

1.3 Tujuan
            Tujuan dengan dibuatnya makalah ini agar lebih mendalami tentang perubahan iklim serta mengetahui pengaruh apa saja yang dibawanya terhadap kesehatan manusia. Dengan pengaruh tersebut kita juga mengetahui dampak negatif yang dibawanya serta cara mengubah efek negatif dari perubahan iklim tersebut.  Selain itu, kita juga mengetahui bagaimana cara iklim tersebut mempengaruhi kesehatan, serta fakta apa saja yang telah ada tentang hubungan perubahan iklim terhadap kesehatan tersebut.
BAB II
PENGARUH IKLIM TERHADAP KESEHATAN MANUSIA


2.1  Perubahan Iklim
Istilah “perubahan iklim” diartikan secara luas sebagai perubahan kondisi iklim dunia dari waktu ke waktu, yang mana telah mulai terukur sejak pertengahan abad ke-19. Pada dasarnya iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Hanya saja perubahan iklim yang di masa lampau berlangsung secara alamiah, kini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia, sehingga sifat kejadiannya pun menjadi lebih cepat dan drastis. Hal itu kemudian mendorong timbulnya sejumlah penyimpangan-penyimpangan pada proses alam. Efek rumah kaca misalnya.
Efek rumah kaca merupakan fenomena dimana atmosfir bumi berfungsi seperti atap kaca pada sebuah rumah kaca. Sinar matahari dapat tembus masuk, namun panasnya tidak dapat keluar dari rumah kaca tersebut. Atmosfir bumi mengandung Gas Rumah Kaca (GRK) seperti karbon dioksida dan metana, yang memiliki kemampuan untuk menangkap sinar inframerah dari sinar matahari yang direfleksikan oleh bumi. Karena itu, semakin besar jumlah GRK di dalam atmosfir, maka atmosfir pun akan semakin panas.
Lama-kelamaan temperatur bumi terus meningkat dan terjadilah pemanasan global. Seperti es yang meleleh karena panas, salju dikutub pun mencair akibat memanasnya suhu bumi, dan menimbulkan perubahan-perubahan di alam. Perubahan inilah yang kemudian memberikan dampak yang nyata pada kehidupan kita.
·      Peningkatan kebutuhan energi yang dipenuhi melalui penggunaan bahan bakar fosil akan menambah jumlah gangguan pernapasan, seperti asma.
·      Perubahan iklim akibat ulah manusia secara signifikan telah memperbesar potensi terjadinya gelombang panas, yang mengakibatkan serangan panas (heat stroke), kardiovaskuler dan gangguan pernapasan.
·      Pola curah hujan yang semakin beragam mengganggu ketersediaan air bersih, serta meningkatkan resiko penyakit yang disebabkan oleh air seperti kolera, dan wabah penyakit diare.
·      Peningkatan suhu dan variabel curah hujan mengurangi jumlah produksi tanaman pangan di banyak daerah termiskin, sehingga meningkatkan resiko malnutrisi.
·      Peningkatan frekuensi dan intensitas perubahan cuaca yang ekstrim akan mengakibatkan kematian, luka-luka, dan cacat.
·      Memperpanjang waktu transmisi berbagai penyakit yang disebabkan oleh vektor (seperti demam berdarah dan malaria), dan juga dan mengubah jangkauan geografisnya sehingga berpotensi menjangkit daerah yang masyarakatnya memiliki kekebalan yang rendah terhadap penyakit-penyakit tersebut.
·      Peningkatan permukaan air laut meningkatkan resiko terjadinya banjir di wilayah pesisir, dan mengakibatkan pemindahan penduduk kehilangan mata pencaharian dan akhirnya meningkatkan tekanan psikososial masyarakat yang terkena dampaknya.

2.2  Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
Pemanasan global dapat mempengaruhi iklim dan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut memiliki dampak bagi kesehatan. Perubahan  iklim ini terutama berdampak besar pada negara-negara miskin. Iklim yang ekstrem dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu suhu yang ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin) dan bencana alam seperti banjir, kekeringan, atau angin topan. Fluktuasi cuaca dalam jangka pendek dapat menimbulkan efek seperti heat stress dan hipotermia.
Perubahan suhu sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit. Faktor iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan kondisi yang lembab agar dapat hidup. Suhu yang lebih hangat meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan mempersingkat waktu pematangan dalam badan vektor tersebut sehingga vektor lebih cepat menjadi infeksius. Selain itu, suhu mempengaruhi perilaku nyamuk yang memungkinkan terjadinya penularan. Suhu yang lebih hangat cenderung meningkatkan perilaku menggigit nyamuk dan menghasilkan nyamuk dewasa yang lebih kecil sehingga membutuhkan darah yang lebih banyak agar dapat bereproduksi.
Salah satu penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk yang paling sensitif terhadap perubahan iklim jangka panjang adalah malaria. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Suhu yang sangat tinggi memiliki efek mematikan bagi nyamuk dan parasit malaria. Namun pada suhu rendah, peningkatan suhu sedikit saja dapat meningkatkan resiko transmisi malaria. Parasit yang menyebabkan malaria disebut plasmodium. Ada 170 jenis plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan malaria pada manusia :
  1. P. falciparum, merupakan jenis yang banyak terdapat di Afrika dan menyebabkan gejala yang parah.
  2. P. vivax, merupakan jenis yang banyak terdapat di daerah tropis Asia.
  3. P. malariae, banyak terdapat di Afrika dan dapat berdiam di aliran darah tanpa menimbulkan gejala apapun untuk beberapa tahun.
  4. P. ovale, banyak terdapat di Afrika bagian barat.
Gejala penyakit malaria dengan adanya demam tinggi terus-menerus selama 2-7 hari dengan suhu di atas 38C. Demam seperti ini umumnya tidak bisa diturunkan dengan obat penurun panas atau dikompres. Selain itu, muncul bintik-bintik merah di permukaan kulit. Salah satu ciri bintiknya adalah tidak akan hilang walau ditekan oleh jari, perut terasa nyeri dan mual, wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa panas. Ditambah kepala terasa sangat pusing, sulit buang air besar atau malah diare, seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu, serta mimisan, pendarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda penyakit DBD yang sudah cukup terlambat untuk ditangani.
Selain malaria, penyakit yang juga disebarkan oleh nyamuk adalah dengue. Dengue umumnya terjadi pada cuaca yang lebih hangat dan lembab. Perubahan iklim berkaitan dengan pola hujan. Pola hujan dapat mempengaruhi penyebaran berbagai mikroorganisme yang dapat menyebarkan penyakit. Hujan dapat mencemari air dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke air tanah. Organisme yang ditemukan antara lain kriptosporodium, giardia, dan E.coli yang dapat menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna seperti diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan.
Hujan yang terus menerus dapat menimbulkan banjir. Adanya banjir dapat memberikan tempat yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya bertambah. Banjir juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat adanya kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Wabah seperti kolera, tifoid, dan diare timbul setelah banjir, sedangkan kekeringan menyebabkan kurangnya air yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular. Kekeringan juga menyebabkan panen terancam gagal dan produksi panen menurun, Akibatnya masyarakat terancam kekurangan pangan dan kelaparan yang mengarah pada terjadinya penyakit dan malnutrisi yang pada akhirnya meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.
Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan pembentukan polutan udara selain karbondioksida. Gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti minyak dan batu bara menambah polusi udara. Paparan polutan tersebut dapat memperberat penyakit kardiovaskular dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian dini.
Perubahan iklim global disertai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang panas (heatwaves). Suhu yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan kematian. Di berbagai negara dengan suhu yang ekstrem, tingkat kematian selama musim dingin lebih tinggi 25-30% dibandingkan selama musim panas. Sebagian besar kematian akibat suhu yang ekstrem terjadi pada orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki penyakit tertentu terutama penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan. Lansia dan anak-anak merupakan golongan yang paling rentan.

2.3 Cara Mengubah efek negatif dari Perubahan Iklim
Siapapun memiliki peran dalam mencegah terjadinya efek negatif perubahan iklim akibat pemanasan global terhadap kesehatan. Individu dan sektor bisnis dapat membantu mengambil langkah untuk mengurangi pembakaran bahan bakar fosil melalui konservasi energi, penggunaan teknologi yang telah tersedia dengan lebih baik, dan pengembangan teknologi baru yang ramah lingkungan. Hal tersebut dapat menghemat energi sebesar 10-30%.
Pemerintah berperan penting dalam pembuatan dan implementasi kebijakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pengurangan yang signifikan dapat ditempuh dengan menggunakan serangkaian teknologi dan alat-alat kebijakan untuk mengakselerasi pengembangan teknologi. Meskipun demikian, perlu pula untuk menilai resiko terhadap kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi tersebut.
Dokter dan praktisi kesehatan masyarakat dapat membantu mengurangi dampak secara langsung dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk populasi yang rentan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengawasan kesehatan masyarakat, surveilans penyakit dan kontrol program yang lebih baik, vaksinasi sebagai pencegahan, dan edukasi kesehatan kepada masyarakat.

2.4  Cara Perubahan Iklim Dapat Mempengaruhi Kesehatan
Berikut ini adalah 5 cara perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan antara lain :
1.      Penyebaran penyakit
Peningkatan panas dan curah hujan di daerah tertentu yang disebabkan oleh perubahan iklim, dapat membantu proses penyebaran penyakit. Beberapa vektor penyakit, seperti serangga, dapat membawa dan mengirimkan agen penyebab penyakit, terutama dipengaruhi oleh cuaca dan suhu lebih panas. Karena vektor adalah hewan berdarah dingin, maka bergantung pada lingkungan sekitar untuk mengontrol panas internal. Sehingga peningkatan suhu akan berpotensi mendukung kehidupan serangga, dan dapat memungkinkan penyebaran penyakit tertentu, seperti malaria.

2.      Degradasi tanah di daerah kering
                         Penggunaan tanah yang tidak benar ditambah dengan variasi iklim dapat menyebabkan peningkatan degradasi tanah di daerah kering. Sebuah studi pada tahun 2010 menemukan bahwa, 38 persen dari dunia terdiri dari daerah kering karena risiko penggurunan. Setelah terdegradasi, tanah menjadi tidak produktif.
                         Hal ini dapat membatasi lahan yang dapat digunakan untuk pertanian untuk memberi makan penduduk negara berkembang. Penggurunan global juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri berbahaya di laut. Debu gurun memasok zat besi ke laut, yang banyak dibutuhkan organisme laut untuk hidup.

3.      Bencana alam ekstrem
Pemanasan global dapat membawa peningkatan bencana ekstrem, termasuk gelombang panas, banjir dan badai besar, yang dapat menyebabkan banyak korban jiwa. Panas dan kekeringan adalah satu di antara bencana alam paling mematikan. Gelombang panas mungkin akan semakin parah.

4.     Lebih banyak alergi
Studi menunjukkan banyak alergi yang sedang berkembang di negara maju, termasuk Amerika Serikat. Alergi tersebut dapat disebabkan, karena meningkatnya kadar karbon dioksida dan suhu pemanasan.
 Sebuah studi pada tahun 2005 menemukan bahwa, tanaman sedang berbunga di awal tahun, dan produksi serbuk sari total meningkat. Sebuah studi di Italia menemukan bahwa, tidak hanya menyebabkan peningkatan serbuk sari, tetapi sensitivitas populasi terhadap serbuk sari juga meningkat. Sementara genetika memainkan peran besar dalam semua jenis alergi, musim serbuk sari yang lebih lama dan lebih intens dapat memperburuk gejala alergi.

5.   Membawa efek buruk untuk jantung
                   Pemanasan global kemungkinan akan membawa peningkatan gelombang panas. Peningkatan gelombang panas juga dapat disertai kerusakan ozon dan kabut asap. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa, tingkat polusi yang tinggi terkait dengan peningkatan penerimaan rumah sakit untuk masalah jantung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, suhu tinggi pada bulan-bulan musim panas di sebuah kota di Amerika Serikat berhubungan dengan penurunan variabilitas denyut jantung, atau bagaimana reguler waktu antara detak jantung yang bertindak sebagai ukuran seberapa baik jantung bekerja.
            Menurut American Heart Association, variabilitas yang rendah pada denyut jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Suhu udara dan ozon mungkin buruk bagi jantung karena mempengaruhi cara fungsi sistem saraf otomatis. Sistem saraf otomatis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang membantu tubuh beradaptasi dengan lingkungannya. Sistem tersebut termasuk pengaturan fungsi tubuh, termasuk aktivitas listrik jantung dan aliran udara ke paru-paru.

2.4  Fakta Tentang Hubungan Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
1. Selama 50 tahun terakhir kegiatan manusia, khususnya dalam konsumsi bahan bakar yang berasal dari fosil telah melepas karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya dalam jumlah yang cukup besar sehingga mempengaruhi iklim global. Konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer telah meningkat lebih dari 30% sejak masa pra-industri, menyaring banyak panas di bagian bawah atmosfer. Perubahan iklim global membawa berbagai risiko terhadap kesehatan, mulai dari kematian akibat suhu tinggi ekstrim sampai perubahan pola penyebaran dan infeksi penyakit.
2. Dari kawasan tropis hingga ke Arktik, iklim dan cuaca berdampak besar baik langsung maupun tidak langsung pada kehidupan manusia. Cuaca ekstrim seperti hujan deras, banjir, dan bencana seperti Badai Katrina yang menghancurkan New Orleans, Amerika Serikat pada bulan Agustus 2005 membahayakan kesehatan serta merusak harta benda dan mata pencaharian.  Sekitar 600 000 kematian terjadi di seluruh dunia sebagai akibat bencana alam yang berhubungan dengan cuaca pada 1990-an, dan sekitar 95% terjadi di negara-negara berkembang.
3. Fluktuasi temperatur jangka pendek tetapi besar sangat mempengaruhi kesehatan menyebabkan tekanan panas (hyperthermia) atau dingin ekstrim (hipotermia) dan menyebabkan angka kematian meningkat pada penderita sakit jantung dan penyakit pernapasan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rekor suhu tinggi di Eropa Barat pada musim panas 2003 berkaitan dengan lonjakan angka kematian lebih dari 70 000 orang, atau sudah menyamai angka kematian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
4. Pollen dan tingkat aeroallergen lainnya juga lebih tinggi pada suhu panas ekstrim.  Ini dapat memicu asma, yang mempengaruhi sekitar 300 juta orang. Kenaikan temperatur yang sedang berlangsung diperkirakanh akan meningkatkan risiko tersebut.
5. Naiknya permukaan air laut akibat lain dari pemanasan global meningkatkan risiko banjir pesisir, dan akan memaksa perpindahan penduduk. Lebih dari setengah populasi dunia sekarang hidup pada lingkar 60 kilometer dari garis pantai. Floods can directly cause injury and death, and increase risks of infection from water and vector-borne diseases. Banjir dapat menyebabkan secara langsung cedera dan kematian, dan risiko infeksi meningkat akibat penyebaran air pembawa penyakit. Perpindahan penduduk dapat meningkatkan ketegangan dan potensi risiko konflik.
6. Pola yang berubah pada curah hujan membawa konsekuensi pada kondisi pasokan air tawar. Secara global, kelangkaan air telah mempengaruhi hajat hidup empat dari setiap 10 orang. Kurangnya air dan kualitas air yang buruk berdampak pada kondisi kebersihan dan kesehatan. Hal ini meningkatkan risiko diare, yang membunuh sekitar 2,2 juta orang setiap tahun, serta trachoma (infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan) dan penyakit lainnya.
7. Kelangkaan air juga memaksa orang melakukan perjalanan jarak jauh untuk mendapatkannya dan memaksa mereka memiliki stok di rumah. Hal ini dapat meningkatkan risiko kontaminasi air rumah tangga, penyebab penyakit.
8. Kondisi iklim mempengaruhi penularan penyakit melalui air, dan melalui vektor seperti nyamuk. Penyakit yang sensitif panas merupakan salah satu pembunuh global terbesar. Diare, malaria, dan kekurangan energi dan protein menyebabkan lebih dari 3 juta kematian secara global pada tahun 2004, dengan lebih dari sepertiga dari kematian ini terjadi di Afrika.
9. Malnutrisi menyebabkan jutaan kematian setiap tahun, baik dari kurangnya nutrisi yang cukup untuk mempertahankan hidup dan kerentanan yang mengakibatkan penyakit menular seperti malaria, diare, dan penyakit pernafasan. Peningkatan suhu di planet ini dan curah hujan yang lebih tidak menentu akan mengurangi hasil panen di banyak negara berkembang di wilayah tropis, di mana ketahanan pangan masih menjadi masalah.
10.Langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca atau mengurangi dampak perubahan iklim pada kesehatan dapat memiliki efek positif. Misalnya, mempromosikan penggunaan transportasi publik yang aman dan gerakan aktif. Seperti bersepeda atau berjalan sebagai alternatif penggunaan kendaraan pribadi bisa mengurangi emisi karbon dioksida dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal itu tidak hanya bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas, tetapi juga mengurangi polusi udara yang terkait dengan keberadaan penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Peningkatan tingkat aktivitas fisik juga dapat menurunkan tingkat kematian secara keseluruhan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Pemanasan global yang dapat dimaknai sebagai kejadian meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, lautan, dan permukaan bumi.pemanasan global dapat disebabkan beberapa faktor yang banyak dilakukan oleh aktifitas manusia. Oleh sebab itu peran manusia dalam proses menghambat pemanasan global sangat diperlukan. Pemanasan global juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, yang dapat mengancam kesehatan manusia, serta merusak system lingkungan yang ada.
            Pemanasan global dapat mempengaruhi iklim dan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut memiliki dampak bagi kesehatan. Perubahan  iklim ini terutama berdampak besar pada negara-negara miskin. Iklim yang ekstrem dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu suhu yang ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin) dan bencana alam seperti banjir, kekeringan, atau angin topan. Fluktuasi cuaca dalam jangka pendek dapat menimbulkan efek seperti heat stress dan hipotermia.
Perubahan suhu sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit. Faktor iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan kondisi yang lembab agar dapat hidup.
Berikut ini adalah 5 cara perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan antara lain :
1.   Penyebaran penyakit
2.      Degradasi tanah di daerah kering
3.      Bencana alam ekstrem
4.       Lebih banyak alergi
5.      Membawa efek buruk untuk jantung

3.2  Saran
            Seluruh manusia harus menyadari dampak buruk dari pemanasan global dan menyiapkan langkah guna untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global karena kedua faktor tersebut mempengaruhi pola penyebaran dan penularan penyakit. Sebagian dapat ditekan melalui intervensi program kesehatan, tindakan terencana untuk memperkuat sistem kesehatan maupun promosi kesehatan guna melindungi dan meningkatkan kesehatan yang rentan di masa mendatang.











DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar