BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perubahan iklim sudah terjadi dan akan terus
berlangsung walaupun andaikata penduduk bumi mampu menghentikan laju
peningkatan emisi gas rumah kaca pada saat ini. Kenyataan menunjukkan bahwa
emisi gas rumah kaca, khususnya akibat pembakaran batu bara, minyak dan gas,
terus meningkat dari waktu ke waktu. Namun upaya untuk mitigasi pemanasan
global dan perubahan iklim tidak memadai. Oleh karena itu dibutuhkan strategi,
kebijakan dan program-program yang
bertujuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, sehingga manusia tidak
dirugikan bahkan mampu memanfaatkannya untuk kesehatan dan kesehteraan
masyarakat.
WHO (2009)
menegaskan bahwa perubahan iklim akan menganggu berbagai aspek penting yang
mendukung kesehatan manusia, antara lain meliputi udara dan air yang bersih,
pasokan makanan yang mencukupi, tempat tinggal yang aman dan bebas dari
penyakit. Oleh karenanya, perubahan iklim tidak bisa hanya dianggap sebagai
masalah lingkungan atau pembangunan semata-mata. Kesehatan dan well-being
seluruh populasi manusia akan semakin terancam. Pemahaman yang lebih mendalam
atas implikasi perubahan iklim dan alternatif solusi yang dapat mengatasi
dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mutlak diperlukan. Aspek kesehatan
bahkan menjadi agenda utama adaptasi terhadap perubahan iklim. Pemikiran
beragam profesi kesehatan sangat menentukan pilihan adaptasi yang efektif,
efisien dan layak untuk diimplementasikan.
Ketika perubahan iklim datang, maka kesehatan manusia
akan berada dalam ketidakpastian waktu. Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu dengan
kuantitas dan kualitas dampak yang juga tidak dapat dipastikan.
Frekuensi
timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah meningkat. Penduduk
dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi
buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui berbagai serangga dan hewan. ”Pemanasan global” juga memicu
meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Faktor
iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam
berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan
meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan
suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan perubahan iklim?
2.
Dampak apa saja yang bisa ditimbulkan apabila terjadi
perubahan iklim tersebut terhadap kesehatan?
3.
Bagaimana cara mengubah efek negatif dari perubahan
iklim?
4.
Cara apa yang bisa membuat perubahan iklim dapat
mempengaruhi kesehatan?
5.
Fakta apa saja yang sudah terjadi
tentang hubungan perubahan iklim terhadap kesehatan?
1.3 Tujuan
Tujuan dengan dibuatnya makalah ini agar
lebih mendalami tentang perubahan iklim serta mengetahui pengaruh apa saja yang
dibawanya terhadap kesehatan manusia. Dengan pengaruh tersebut kita juga
mengetahui dampak negatif yang dibawanya serta cara mengubah efek negatif dari
perubahan iklim tersebut. Selain itu, kita
juga mengetahui bagaimana cara iklim tersebut mempengaruhi kesehatan, serta
fakta apa saja yang telah ada tentang hubungan perubahan iklim terhadap
kesehatan tersebut.
BAB
II
PENGARUH IKLIM
TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
2.1 Perubahan Iklim
Istilah
“perubahan iklim” diartikan secara luas sebagai perubahan kondisi iklim dunia
dari waktu ke waktu, yang mana telah mulai terukur sejak pertengahan abad
ke-19. Pada dasarnya iklim bumi senantiasa mengalami perubahan. Hanya saja perubahan
iklim yang di masa lampau berlangsung secara alamiah, kini lebih banyak
disebabkan karena ulah manusia, sehingga sifat kejadiannya pun menjadi lebih
cepat dan drastis. Hal itu kemudian mendorong timbulnya sejumlah
penyimpangan-penyimpangan pada proses alam. Efek rumah kaca misalnya.
Efek rumah kaca
merupakan fenomena dimana atmosfir bumi berfungsi seperti atap kaca pada sebuah
rumah kaca. Sinar matahari dapat tembus masuk, namun panasnya tidak dapat
keluar dari rumah kaca tersebut. Atmosfir bumi mengandung Gas Rumah Kaca (GRK)
seperti karbon dioksida dan metana, yang memiliki kemampuan untuk menangkap
sinar inframerah dari sinar matahari yang direfleksikan oleh bumi. Karena itu,
semakin besar jumlah GRK di dalam atmosfir, maka atmosfir pun akan semakin
panas.
Lama-kelamaan
temperatur bumi terus meningkat dan terjadilah pemanasan global. Seperti es
yang meleleh karena panas, salju dikutub pun mencair akibat memanasnya suhu
bumi, dan menimbulkan perubahan-perubahan di alam. Perubahan inilah yang
kemudian memberikan dampak yang nyata pada kehidupan kita.
·
Peningkatan kebutuhan energi yang dipenuhi melalui
penggunaan bahan bakar fosil akan menambah jumlah gangguan pernapasan, seperti
asma.
·
Perubahan iklim akibat ulah manusia secara signifikan
telah memperbesar potensi terjadinya gelombang panas, yang mengakibatkan
serangan panas (heat stroke), kardiovaskuler dan gangguan pernapasan.
·
Pola curah hujan yang semakin beragam mengganggu
ketersediaan air bersih, serta meningkatkan resiko penyakit yang disebabkan
oleh air seperti kolera, dan wabah penyakit diare.
·
Peningkatan suhu dan variabel curah hujan mengurangi
jumlah produksi tanaman pangan di banyak daerah termiskin, sehingga
meningkatkan resiko malnutrisi.
·
Peningkatan frekuensi dan intensitas perubahan cuaca
yang ekstrim akan mengakibatkan kematian, luka-luka, dan cacat.
·
Memperpanjang waktu transmisi berbagai penyakit yang
disebabkan oleh vektor (seperti demam berdarah dan malaria), dan juga dan
mengubah jangkauan geografisnya sehingga berpotensi menjangkit daerah yang
masyarakatnya memiliki kekebalan yang rendah terhadap penyakit-penyakit
tersebut.
·
Peningkatan permukaan air laut meningkatkan resiko
terjadinya banjir di wilayah pesisir, dan mengakibatkan pemindahan penduduk
kehilangan mata pencaharian dan akhirnya meningkatkan tekanan psikososial
masyarakat yang terkena dampaknya.
2.2
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
Pemanasan global dapat mempengaruhi iklim dan menyebabkan perubahan
iklim. Perubahan iklim tersebut memiliki dampak bagi kesehatan. Perubahan iklim ini terutama berdampak besar pada
negara-negara miskin. Iklim yang ekstrem dapat dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu suhu yang ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin) dan bencana alam
seperti banjir, kekeringan, atau angin topan. Fluktuasi cuaca dalam jangka
pendek dapat menimbulkan efek seperti heat stress dan hipotermia.
Perubahan
suhu sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit.
Faktor iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai
jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa
mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan
dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang
menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk
membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan kondisi
yang lembab agar dapat hidup. Suhu yang lebih hangat meningkatkan
perkembangbiakan nyamuk dan mempersingkat waktu pematangan dalam badan vektor
tersebut sehingga vektor lebih cepat menjadi infeksius. Selain itu, suhu
mempengaruhi perilaku nyamuk yang memungkinkan terjadinya penularan. Suhu yang
lebih hangat cenderung meningkatkan perilaku menggigit nyamuk dan menghasilkan
nyamuk dewasa yang lebih kecil sehingga membutuhkan darah yang lebih banyak
agar dapat bereproduksi.
Salah
satu penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk yang paling sensitif terhadap
perubahan iklim jangka panjang adalah malaria. Penyakit ini banyak terdapat di
daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Suhu yang sangat tinggi
memiliki efek mematikan bagi nyamuk dan parasit malaria. Namun pada suhu
rendah, peningkatan suhu sedikit saja dapat meningkatkan resiko transmisi
malaria. Parasit yang menyebabkan malaria disebut plasmodium. Ada 170 jenis
plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan malaria pada manusia :
- P. falciparum, merupakan jenis yang banyak
terdapat di Afrika dan menyebabkan gejala yang parah.
- P. vivax, merupakan jenis yang banyak terdapat di
daerah tropis Asia.
- P. malariae, banyak terdapat di Afrika dan dapat
berdiam di aliran darah tanpa menimbulkan gejala apapun untuk beberapa
tahun.
- P. ovale, banyak terdapat di Afrika bagian barat.
Gejala penyakit malaria dengan
adanya demam tinggi terus-menerus selama 2-7 hari dengan suhu di atas 38⁰C. Demam seperti ini umumnya tidak bisa diturunkan
dengan obat penurun panas atau dikompres. Selain itu, muncul
bintik-bintik merah di permukaan kulit. Salah satu ciri bintiknya adalah tidak
akan hilang walau ditekan oleh jari, perut terasa nyeri dan mual, wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa
panas. Ditambah kepala terasa sangat pusing, sulit buang air
besar atau malah diare, seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal,
dan linu, serta mimisan, pendarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda
penyakit DBD yang sudah cukup terlambat untuk ditangani.
Selain
malaria, penyakit yang juga disebarkan oleh nyamuk adalah dengue. Dengue
umumnya terjadi pada cuaca yang lebih hangat dan lembab. Perubahan iklim
berkaitan dengan pola hujan. Pola hujan dapat mempengaruhi penyebaran berbagai
mikroorganisme yang dapat menyebarkan penyakit. Hujan dapat mencemari air
dengan cara memindahkan kotoran manusia dan hewan ke air tanah. Organisme yang
ditemukan antara lain kriptosporodium, giardia, dan E.coli yang dapat
menyebabkan penyakit seperti diare. Penularan penyakit saluran cerna seperti
diare bukan hanya melalui kontaminasi air, tetapi juga dapat meningkat akibat
suhu tinggi, melalui efek langsung pada pertumbuhan organisme di lingkungan.
Hujan yang
terus menerus dapat menimbulkan banjir. Adanya banjir dapat memberikan tempat
yang sesuai untuk nyamuk berkembang biak sehingga jumlahnya bertambah. Banjir
juga menimbulkan penyakit menular seperti leptospirosis akibat adanya
kontaminasi air dengan kotoran tikus. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
tercemarnya air dengan mikroorganisme patogen umumnya terjadi di negara-negara
miskin, dimana pasokan air dan sanitasi tidak adekuat. Wabah seperti kolera,
tifoid, dan diare timbul setelah banjir, sedangkan kekeringan menyebabkan
kurangnya air yang tersedia untuk mencuci dan sanitasi serta meningkatkan
resiko terjadinya penyakit menular. Kekeringan juga menyebabkan panen terancam
gagal dan produksi panen menurun, Akibatnya masyarakat terancam kekurangan
pangan dan kelaparan yang mengarah pada terjadinya penyakit dan malnutrisi yang
pada akhirnya meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.
Suhu yang
lebih tinggi dapat meningkatkan pembentukan polutan udara selain
karbondioksida. Gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar seperti minyak dan
batu bara menambah polusi udara. Paparan polutan tersebut dapat memperberat
penyakit kardiovaskular dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan kematian
dini.
Perubahan
iklim global disertai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas gelombang
panas (heatwaves). Suhu yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan kematian. Di
berbagai negara dengan suhu yang ekstrem, tingkat kematian selama musim dingin
lebih tinggi 25-30% dibandingkan selama musim panas. Sebagian besar kematian
akibat suhu yang ekstrem terjadi pada orang-orang yang sebelumnya sudah memiliki
penyakit tertentu terutama penyakit kardiovaskular dan penyakit pernapasan.
Lansia dan anak-anak merupakan golongan yang paling rentan.
2.3 Cara Mengubah efek negatif
dari Perubahan Iklim
Siapapun
memiliki peran dalam mencegah terjadinya efek negatif perubahan iklim akibat
pemanasan global terhadap kesehatan. Individu dan sektor bisnis dapat membantu
mengambil langkah untuk mengurangi pembakaran bahan bakar fosil melalui
konservasi energi, penggunaan teknologi yang telah tersedia dengan lebih baik,
dan pengembangan teknologi baru yang ramah lingkungan. Hal tersebut dapat
menghemat energi sebesar 10-30%.
Pemerintah
berperan penting dalam pembuatan dan implementasi kebijakan untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca. Pengurangan yang signifikan dapat ditempuh dengan
menggunakan serangkaian teknologi dan alat-alat kebijakan untuk mengakselerasi
pengembangan teknologi. Meskipun demikian, perlu pula untuk menilai resiko
terhadap kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi tersebut.
Dokter dan
praktisi kesehatan masyarakat dapat membantu mengurangi dampak secara langsung
dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk populasi yang
rentan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengawasan kesehatan masyarakat,
surveilans penyakit dan kontrol program yang lebih baik, vaksinasi sebagai
pencegahan, dan edukasi kesehatan kepada masyarakat.
2.4 Cara Perubahan Iklim Dapat
Mempengaruhi Kesehatan
Berikut
ini adalah 5 cara perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan antara lain :
1. Penyebaran penyakit
Peningkatan
panas dan curah hujan di daerah tertentu yang disebabkan oleh perubahan iklim,
dapat membantu proses penyebaran penyakit. Beberapa vektor penyakit, seperti
serangga, dapat membawa dan mengirimkan agen penyebab penyakit, terutama
dipengaruhi oleh cuaca dan suhu lebih panas. Karena vektor adalah hewan
berdarah dingin, maka bergantung pada lingkungan sekitar untuk mengontrol panas
internal. Sehingga peningkatan suhu akan berpotensi mendukung kehidupan
serangga, dan dapat memungkinkan penyebaran penyakit tertentu, seperti malaria.
2.
Degradasi tanah di daerah kering
Penggunaan tanah yang
tidak benar ditambah dengan variasi iklim dapat menyebabkan peningkatan
degradasi tanah di daerah kering. Sebuah studi pada tahun 2010 menemukan bahwa,
38 persen dari dunia terdiri dari daerah kering karena risiko penggurunan.
Setelah terdegradasi, tanah menjadi tidak produktif.
Hal
ini dapat membatasi lahan yang dapat digunakan untuk pertanian untuk memberi
makan penduduk negara berkembang. Penggurunan global juga dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri berbahaya di laut. Debu gurun memasok zat besi ke laut,
yang banyak dibutuhkan organisme laut untuk hidup.
3. Bencana alam ekstrem
Pemanasan global dapat membawa peningkatan bencana
ekstrem, termasuk gelombang panas, banjir dan badai besar, yang dapat
menyebabkan banyak korban jiwa. Panas dan kekeringan adalah satu di antara
bencana alam paling mematikan. Gelombang panas mungkin akan semakin parah.
4. Lebih banyak alergi
Studi menunjukkan banyak alergi yang sedang
berkembang di negara maju, termasuk Amerika Serikat. Alergi tersebut dapat
disebabkan, karena meningkatnya kadar karbon dioksida dan suhu pemanasan.
Sebuah studi pada tahun 2005 menemukan bahwa, tanaman sedang berbunga di awal tahun, dan produksi serbuk sari total meningkat. Sebuah studi di Italia menemukan bahwa, tidak hanya menyebabkan peningkatan serbuk sari, tetapi sensitivitas populasi terhadap serbuk sari juga meningkat. Sementara genetika memainkan peran besar dalam semua jenis alergi, musim serbuk sari yang lebih lama dan lebih intens dapat memperburuk gejala alergi.
Sebuah studi pada tahun 2005 menemukan bahwa, tanaman sedang berbunga di awal tahun, dan produksi serbuk sari total meningkat. Sebuah studi di Italia menemukan bahwa, tidak hanya menyebabkan peningkatan serbuk sari, tetapi sensitivitas populasi terhadap serbuk sari juga meningkat. Sementara genetika memainkan peran besar dalam semua jenis alergi, musim serbuk sari yang lebih lama dan lebih intens dapat memperburuk gejala alergi.
5. Membawa efek buruk untuk jantung
Pemanasan
global kemungkinan akan membawa peningkatan gelombang panas. Peningkatan
gelombang panas juga dapat disertai kerusakan ozon dan kabut asap. Hasil
penelitian telah menunjukkan bahwa, tingkat polusi yang tinggi terkait dengan
peningkatan penerimaan rumah sakit untuk masalah jantung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, suhu tinggi pada
bulan-bulan musim panas di sebuah kota di Amerika Serikat berhubungan dengan
penurunan variabilitas denyut jantung, atau bagaimana reguler waktu antara
detak jantung yang bertindak sebagai ukuran seberapa baik jantung bekerja.
Menurut American Heart Association, variabilitas yang rendah pada denyut jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Suhu udara dan ozon mungkin buruk bagi jantung karena mempengaruhi cara fungsi sistem saraf otomatis. Sistem saraf otomatis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang membantu tubuh beradaptasi dengan lingkungannya. Sistem tersebut termasuk pengaturan fungsi tubuh, termasuk aktivitas listrik jantung dan aliran udara ke paru-paru.
Menurut American Heart Association, variabilitas yang rendah pada denyut jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Suhu udara dan ozon mungkin buruk bagi jantung karena mempengaruhi cara fungsi sistem saraf otomatis. Sistem saraf otomatis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang membantu tubuh beradaptasi dengan lingkungannya. Sistem tersebut termasuk pengaturan fungsi tubuh, termasuk aktivitas listrik jantung dan aliran udara ke paru-paru.
2.4
Fakta Tentang Hubungan Perubahan Iklim
Terhadap Kesehatan
1. Selama 50 tahun terakhir kegiatan manusia, khususnya dalam
konsumsi bahan bakar yang berasal dari fosil telah melepas karbon dioksida dan
gas rumah kaca lainnya dalam jumlah yang cukup besar sehingga mempengaruhi
iklim global. Konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer telah meningkat lebih
dari 30% sejak masa pra-industri, menyaring banyak panas di bagian bawah
atmosfer. Perubahan iklim global membawa berbagai risiko terhadap kesehatan,
mulai dari kematian akibat suhu tinggi ekstrim sampai perubahan pola penyebaran
dan infeksi penyakit.
2. Dari kawasan tropis hingga ke Arktik, iklim dan cuaca
berdampak besar baik langsung maupun tidak langsung pada kehidupan manusia.
Cuaca ekstrim seperti hujan deras, banjir, dan bencana seperti Badai Katrina
yang menghancurkan New Orleans, Amerika Serikat pada bulan Agustus 2005
membahayakan kesehatan serta merusak harta benda dan mata pencaharian.
Sekitar 600 000 kematian terjadi di seluruh dunia sebagai akibat bencana alam
yang berhubungan dengan cuaca pada 1990-an, dan sekitar 95% terjadi di
negara-negara berkembang.
3. Fluktuasi temperatur jangka pendek tetapi besar sangat
mempengaruhi kesehatan menyebabkan tekanan panas (hyperthermia) atau dingin
ekstrim (hipotermia) dan menyebabkan angka kematian meningkat pada penderita
sakit jantung dan penyakit pernapasan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
rekor suhu tinggi di Eropa Barat pada musim panas 2003 berkaitan dengan
lonjakan angka kematian lebih dari 70 000 orang, atau sudah menyamai angka
kematian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
4. Pollen dan tingkat aeroallergen lainnya juga lebih tinggi
pada suhu panas ekstrim. Ini dapat memicu asma, yang mempengaruhi sekitar
300 juta orang. Kenaikan temperatur yang sedang berlangsung diperkirakanh akan
meningkatkan risiko tersebut.
5. Naiknya permukaan air laut akibat lain dari pemanasan
global meningkatkan risiko banjir pesisir, dan akan memaksa perpindahan
penduduk. Lebih dari setengah populasi dunia sekarang hidup pada lingkar 60
kilometer dari garis pantai. Floods can directly cause injury and death, and
increase risks of infection from water and vector-borne diseases. Banjir dapat
menyebabkan secara langsung cedera dan kematian, dan risiko infeksi meningkat
akibat penyebaran air pembawa penyakit. Perpindahan penduduk dapat meningkatkan
ketegangan dan potensi risiko konflik.
6. Pola yang berubah pada curah hujan membawa konsekuensi
pada kondisi pasokan air tawar. Secara global, kelangkaan air telah
mempengaruhi hajat hidup empat dari setiap 10 orang. Kurangnya air dan kualitas
air yang buruk berdampak pada kondisi kebersihan dan kesehatan. Hal ini
meningkatkan risiko diare, yang membunuh sekitar 2,2 juta orang setiap tahun,
serta trachoma (infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan) dan penyakit
lainnya.
7. Kelangkaan air juga memaksa orang melakukan perjalanan
jarak jauh untuk mendapatkannya dan memaksa mereka memiliki stok di rumah. Hal
ini dapat meningkatkan risiko kontaminasi air rumah tangga, penyebab penyakit.
8. Kondisi iklim mempengaruhi penularan penyakit melalui air,
dan melalui vektor seperti nyamuk. Penyakit yang sensitif panas merupakan salah
satu pembunuh global terbesar. Diare, malaria, dan kekurangan energi dan
protein menyebabkan lebih dari 3 juta kematian secara global pada tahun 2004,
dengan lebih dari sepertiga dari kematian ini terjadi di Afrika.
9. Malnutrisi menyebabkan jutaan kematian setiap tahun, baik
dari kurangnya nutrisi yang cukup untuk mempertahankan hidup dan kerentanan
yang mengakibatkan penyakit menular seperti malaria, diare, dan penyakit
pernafasan. Peningkatan suhu di planet ini dan curah hujan yang lebih tidak
menentu akan mengurangi hasil panen di banyak negara berkembang di wilayah
tropis, di mana ketahanan pangan masih menjadi masalah.
10.Langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca atau
mengurangi dampak perubahan iklim pada kesehatan dapat memiliki efek positif.
Misalnya, mempromosikan penggunaan transportasi publik yang aman dan gerakan
aktif. Seperti bersepeda atau berjalan sebagai alternatif penggunaan kendaraan
pribadi bisa mengurangi emisi karbon dioksida dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Hal itu tidak hanya bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas, tetapi
juga mengurangi polusi udara yang terkait dengan keberadaan penyakit pernapasan
dan kardiovaskular. Peningkatan tingkat aktivitas fisik juga dapat menurunkan
tingkat kematian secara keseluruhan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pemanasan
global yang dapat dimaknai sebagai kejadian meningkatnya suhu rata-rata
atmosfer, lautan, dan permukaan bumi.pemanasan global dapat disebabkan beberapa
faktor yang banyak dilakukan oleh aktifitas manusia. Oleh sebab itu peran
manusia dalam proses menghambat pemanasan global sangat diperlukan. Pemanasan
global juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, yang dapat mengancam
kesehatan manusia, serta merusak system lingkungan yang ada.
Pemanasan
global dapat mempengaruhi iklim dan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan
iklim tersebut memiliki dampak bagi kesehatan. Perubahan iklim ini terutama berdampak besar pada
negara-negara miskin. Iklim yang ekstrem dapat dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu suhu yang ekstrem (terlalu panas atau terlalu dingin) dan bencana alam
seperti banjir, kekeringan, atau angin topan. Fluktuasi cuaca dalam jangka
pendek dapat menimbulkan efek seperti heat stress dan hipotermia.
Perubahan
suhu sangat besar pengaruhnya pada vektor serangga dalam penyebaran penyakit.
Faktor iklim sendiri merupakan salah satu faktor yang penting bagi berbagai
jenis penyakit yang ditularkan melalui vektor (hewan yang membawa
mikroorganisme patogen), penyakit saluran cerna, dan penyakit yang berhubungan
dengan penularan melalui air. Salah satu vektor tersebut adalah nyamuk yang
menularkan malaria dan penyakit virus seperti dengue dan demam kuning. Nyamuk
membutuhkan genangan air untuk berkembang biak dan nyamuk dewasa membutuhkan
kondisi yang lembab agar dapat hidup.
Berikut
ini adalah 5 cara perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan antara lain :
1. Penyebaran
penyakit
2.
Degradasi tanah di daerah kering
3.
Bencana alam ekstrem
4.
Lebih banyak alergi
5.
Membawa efek buruk untuk jantung
3.2 Saran
Seluruh
manusia harus menyadari dampak buruk dari pemanasan global dan menyiapkan
langkah guna untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global
karena kedua faktor tersebut mempengaruhi pola penyebaran dan penularan
penyakit. Sebagian dapat ditekan melalui intervensi program kesehatan, tindakan
terencana untuk memperkuat sistem kesehatan maupun promosi kesehatan guna
melindungi dan meningkatkan kesehatan yang rentan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA